empty
 
 
Ekonomi Turki menunjukkan 'pelemahan nyata' karena konsumsi domestik yang lebih lambat

Ekonomi Turki menunjukkan 'pelemahan nyata' karena konsumsi domestik yang lebih lambat

Perekonomian Turki macet, menyoroti peringatan bahwa perekonomiannya dapat terhenti. Menurut Bloomberg, pertumbuhan ekonomi Turki melambat lebih dari yang diperkirakan pada kuartal kedua 2024, menyeret PDB negara itu turun tajam.

Produk domestik bruto Turki tumbuh hanya 2,5%, hasil yang sangat mengecewakan. Para analis sebelumnya memprediksi kenaikan sebesar 3,2%, tapi kenyataannya tidak begitu. Ini menandai perlambatan drastis pertumbuhan ekonomi Turki dari 5,3% yang tercatat dalam tiga bulan sebelumnya. Menurut Bloomberg, PDB yang disesuaikan dengan efek musim dan kalender tumbuh hanya 0,1% kuartal ke kuartal.

Menurut ekonom Haluk Burumcekci, angka-angka ini menunjukkan "pelemahan nyata" ekonomi, yang didorong oleh melambatnya konsumen domestik. Pada kuartal pertama 2024, permintaan domestik diperkuat oleh upah minimum yang tinggi dan ekspektasi untuk kenaikan harga konsumen lebih lanjut. Namun, dengan suku bunga yang membumbung tinggi, permintaan pun merosot. Terlebih, bank sentral Turki dengan agresif mengetatkan kebijakan moneternya, dengan menaikkan suku bunga acuan hampir enam kali lipat dalam upaya menahan pengeluaran rumah tangga dan mengendalikan inflasi.

Para ahli mencatat bahwa suku bunga yang terlalu tinggi ini menekan sektor bisnis Turki, khususnya industri tekstil. Produsen pakaian khawatir dengan permintaan asing yang lemah, meningkatnya inflasi dan minimnya pendanaan. Sektor industri negara itu juga merasakan tekanan, menyusut sebesar 1,8% tahun ke tahun. Sebagai tambahan, ekspor barang dan jasa hampir tidak meningkat. Terlepas dari tantangan-tantangan ini, otoritas Turki tetap optimis dan mengharapkan inflasi turun menjadi 40% pada akhir 2024.

Erdal Bahcivan, ketua Kamar Industri Istanbul (ISO), memperingatkan bahwa gejolak inflasi menciptakan suasana psikologis yang negatif di seluruh negeri. Khususnya kenaikan pesat harga konsumen, yang memperburuk "dampak sosiologis dan psikologis pada masyarakat," ujar petinggi itu. Sementara itu, otoritas Turki tetap fokus pada kebijakan moneter, sehingga membuat para pemimpin perusahaan mendesak reformasi struktural yang konkrit, tambah Bahcivan.

Kembali

See aslo

Tidak bisa bicara sekarang?
Tanyakan pertanyaan anda lewat chat.