empty
 
 
Penjualan di Wall Street mengawali kekacauan jangka panjang di seluruh dunia

Penjualan di Wall Street mengawali kekacauan jangka panjang di seluruh dunia

Kemerosotan kondisi pasar di seluruh dunia menjadi masalah bagi para pelaku pasar. Analis meminta otoritas moneter untuk segera mengambil tindakan guna mencegah keruntuhan. Menurut Michael Hartnett, direktur pelaksana dan kepala penasihat investasi di Bank of America Global Research, turbulensi di pasar keuangan global semakin cepat, tetapi "belum mencapai level yang menandakan pendaratan ekonomi yang keras."

Sementara itu, para pelaku pasar berupaya untuk melewati kekacauan ini. Meskipun indeks S&P 500 yang berprofil luas anjlok hingga 6% dari rekor tertingginya pada pertengahan Juli, indeks tersebut tetap berada di atas rata-rata pergerakan 200 hari sekitar 5,050 poin. Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS 30 tahun belum turun di bawah 4%.

Hartnett yakin bahwa level teknikal yang mampu "mengubah sentimen di Wall Street dari pendaratan lunak menjadi pendaratan keras belum tertembus." Dalam konteks ini, ekspektasi saat ini terhadap pemangkasan suku bunga Federal Reserve berarti bahwa penurunan pasar belum menghancurkan "preferensi terhadap saham daripada obligasi."

Michael Hartnett menyarankan bahwa level teknikal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah rata-rata pergerakan 200 hari untuk Philadelphia Semiconductor Index dan dana yang diperdagangkan di bursa, yang melacak perusahaan-perusahaan teknologi besar.

"Penurunan pasar yang baru akan menyebabkan level support berikutnya untuk S&P 500 diuji pada level tertinggi tahun 2021, yang menyiratkan penurunan lebih lanjut sebesar 10% dalam indeks," tambah pakar tersebut.
Pada bulan Juli, pasar global mengalami pergolakan karena para investor khawatir bahwa Federal Reserve memangkas suku bunga terlalu lambat. Namun, meskipun kondisinya buruk, S&P 500 bangkit kembali setelah data gaji nonpertanian menunjukkan lapangan kerja yang lebih rendah dari perkiraan di sektor swasta AS pada bulan Juli. Akibatnya, S&P 500 merosot hanya 0,5% selama seminggu.

Menurut analis BofA, saat investor menunggu pemangkasan suku bunga pertama Fed, mereka harus fokus pada penjualan. Ia menyarankan bahwa pada paruh kedua tahun 2024, saham-saham terkait AI mungkin mengalami volatilitas hingga keuntungan mereka meningkat. Hartnett juga menyoroti bahwa aset-aset yang "dibatasi oleh imbal hasil 5%, akan lebih melegakan dengan imbal hasil 3%-4%," termasuk obligasi pemerintah, REIT (Real Estate Investment Trusts), saham-saham berkapitalisasi kecil, dan beberapa saham pasar berkembang yang bermasalah, seperti dari Brasil.

Kembali

See aslo

Tidak bisa bicara sekarang?
Tanyakan pertanyaan anda lewat chat.