empty
 
 
24.12.2024 09:46 AM
Minyak Menekan Pegas: Menunggu Ledakan!

Level atas tidak bisa, dan level bawah tidak mau? Para spekulan telah meningkatkan pembelian minyak mereka dengan laju tercepat sejak September 2023, didorong oleh ekspektasi bahwa sanksi baru terhadap Rusia dan Iran akan memperketat pasokan, sementara langkah-langkah stimulus dari Tiongkok akan meningkatkan permintaan. Namun, harga minyak mentah Brent tetap stagnan, tidak naik maupun turun secara signifikan. Apakah situasi revolusioner sedang berkembang di pasar minyak? Jika iya, setiap terobosan dari rentang menengah saat ini mungkin harus menunggu hingga 2025. Bagaimanapun, Natal biasanya adalah waktu untuk menghentikan aktivitas bisnis.

Dinamika Posisi Spekulatif dalam Minyak

This image is no longer relevant

Presiden AS Joe Biden menandatangani undang-undang pendanaan pemerintah yang berlaku hingga Maret 2025, yang telah membawa kegembiraan ke pasar keuangan. Perlambatan ekonomi AS yang disebabkan oleh penutupan pemerintah akan merugikan investor. Saat ini, AS adalah pendorong utama pertumbuhan PDB global dan permintaan minyak. Para ahli Bloomberg memproyeksikan penurunan 2 juta barel dalam persediaan minyak mentah AS untuk pekan yang berakhir pada 20 Desember, yang kemungkinan akan mendukung harga minyak Brent dan WTI.

Namun, Tiongkok, India, dan negara-negara Asia lainnya diperkirakan akan menjadi kontributor utama pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2025, menyumbang sekitar 60% dari peningkatan tersebut. OPEC memperkirakan peningkatan sebesar 1,45 juta barel per hari (b/d), sementara Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan sebesar 1,08 juta b/d.

Struktur Permintaan Minyak Global

This image is no longer relevant

Namun, kenyataannya mungkin tidak seoptimistis itu. Perang dagang AS-Tiongkok kemungkinan akan memperlambat ekonomi Tiongkok. Pada tahun 2023, Tiongkok menyumbang 16% dari permintaan minyak global, setara dengan 16,4 juta barel per hari (b/d), meningkat dari hanya 9% pada tahun 2008. Namun, permintaan yang kuat erhadap kendaraan listrik dan krisis real estat yang sedang berlangsung di negara tersebut mengurangi selera terhadap minyak. Permintaan bensin dan bahan bakar diesel diyakini telah mencapai puncaknya dan diproyeksikan akan 3,6% lebih rendah pada tahun 2024 dibandingkan tahun 2021.

Tarif AS pada impor dari Tiongkok menimbulkan kekhawatiran di pasar minyak. Misalnya, pernyataan Donald Trump bahwa Uni Eropa bisa menghadapi tarif jika tidak meningkatkan pembelian minyak dan gas AS mengurangi momentum bullish untuk Brent crude. Akibatnya, harga minyak mentah dari Laut Utara ini dengan cepat kembali ke konsolidasi, dan pergerakan harganya sekarang menyerupai pegas yang sedang ditekan. Pertanyaannya tetap: kapan akan meledak?

This image is no longer relevant

Minyak menutup tahun 2024 dengan sentimen beragam. Para optimis mengharapkan pertumbuhan permintaan global, terutama dari Asia dan AS. Sebaliknya, para pesimis memperingatkan bahwa negara-negara non-OPEC+ mungkin membanjiri pasar dengan pasokan baru, yang berpotensi menyebabkan penurunan harga.

Dari perspektif teknikal, pola triangle terus terbentuk pada grafik harian Brent. Breakout ke atas batas atas dekat $74 per barel dapat menciptakan peluang untuk posisi long. Di sisi lain, breakout tegas level support $72 akan menunjukkan potensi untuk penjualan. Entri ke posisi short yang agresif mungkin dipertimbangkan jika harga berhasil menguji nilai wajar di $72,45.

Tidak bisa bicara sekarang?
Tanyakan pertanyaan anda lewat chat.